Bunga Mawar

Syair oleh: Aziva Meilia Putri Priyanto (Siswi Hilaris School Tangerang-Banten, Anak didik Sir Syarif al-Bimawi)

 

Aku menangis saat melihat bunga mawar
Aku selalu bertanya-tanya kenapa bunga
Mawar selalu berduri
Apa yang membuat mereka seperti itu
Mungkinkah ada yang salah dengan menggenggamnya dengan erat
Tahu durinya dapat menusuk jari
Hatiku adalah mawar
Sengaja kutanam sendiri
Bidadari dan kurcaci
Hidup dalam imajinasi
Adakah imajinasi kau katakan tak nyata, padahal sebelumnya apa yang ada sekarang berasal dari kekuatan daya akal dan manusia yang berimajinasi
Sama seperti mawar
Durinya sengaja ditumbuhkan untuk para pencinta
Ada perbedaan antara penikmat dan pencinta
Pencinta tiada akan mengganggu mawar, sebab ia tahu
Bukan karena durinya ia tiada memetik
Namun indah dan semurni cinta yang dimiliki oleh pecintanya itulah maka ia memelihara dan menjaganya
Oh penikmat sahaja, ia akan merenggut mawar
Memetiknya
Untuk membunuhnya
Tak peduli berduri
Asal nafsu terpenuhi
Hatiku adalah mawar
Tetap hati-hati
Memetiknya mungkin saja melukai
Namun aku tak ingin dibenci, disakiti
Hatiku adalah juga baja
Tiap goresan mungkin melukai walau hanya di pinggirannya
Namun di tengahnya ada selalu tumbuh pohon tegar harapan
Tak mengering merana, apalagi menutup stomata oleh diterpa panasnya kemarau
Tidak mampu hujanpun meluapkan air walau sekadar kepada akarnya
Salju dengan sayap dingin tak pun mampu membekukan aliran air yang mampu diserap akarnya
Musim semi tak mampu menumbuhkan lebih indah tunas-tunas baru dan mampu berbunga dibanding lebih indah bunga pohon harapan di tengah hatiku
Di sungai-sungai dan pegunungan puncak Bogor
Sedingin kecupan embun yang menyelimutinya
Sehangat pula mawar yang tumbuh di tepian-tepian sungai hati
Katakan kepada tiap perantau siapa pun yang bertandang; sudahkah engkau menyuburkan dan menumbuhkan mawar yang suci di dalam hatimu?